Nama : ayu maylisa
Kelas : 4 eb 22
Npm : 21210248
1.
PENGERTIAN AUDIT MENURUT PARA TOKOH
Pengertian
Auditing menurut (Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.Elder, 2011:4)
“ Auditing is the accumulation and evaluation of
evidence about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria. Auditing
should be done by a competent, independent person”.
“ Auditing adalah akumulasi dan
evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian
antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditharus
dilakukan oleh seorang yang kompeten, independen orang”.
Pengertian
Auditing menurut (Whittington, O. Ray dan Kurt Pann , 2012:4)
“Auditing is an examination of a company’s financial
statements by a firm of independent public accountants. The audit consists of a
searching investigation of the accounting records and other evidence supporting
those financial statements. By obtaining an understanding of the company’s internal
control, and by inspecting documents, observing of assets, making enquires
within and outside the company, and performing other auditing procedures, the
auditors will gather the evidence necessary to determine whether the financial
statements provide a fair and reasonably complete picture of the company’s
financial position and its activities during the period being audited”.
"Audit adalah
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh
perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri
dari penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain
yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan, dan dengan
memeriksa dokumen, mengamati aset,membuat bertanya dalam
dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur
audit lain, auditorakan mengumpulkan bukti yang
diperlukan untuk menentukan apakah laporan
keuanganmenyediakan adil
dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan
dan kegiatanselama periode yang diaudit”.
Pengertian
auditing menurut PSAK - Tim Sukses UKT Akuntansi 2006,
“Suatu proses sistematik yang bertujuan
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas pernyataan atau asersi tentang
aksi-aksi ekonomi dan kejadian-kejadian dan melihat bagaimana tingkat hubungan
antara pernyataan atau asersi dengan kenyataan dan menkomunikasikan
hasilnya kepada yamg berkepentingan”.
Pengertian
Auditing menurut (Konrath, 2002:5),
“Suatu proses sistematis untuk
secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang
kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Pengertian Auditing Menurut (Sukrisno
Agoes , 1996:1),
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh pihak manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pedapat mengenai laporan
kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Pengertian Auditing Menurut (Sukrisno
Agoes , 2004),
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Pengertian Auditing menurut (Arens dan Loebbecke, 1996:1)
“Proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independenuntuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi”.
Pengertian Auditing menurut (Arens dan Loebbecke,
2003)
“Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
yang dilakukan seorang yang kompeten danindependen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang
yang independendan kompeten”.
Pengertian Auditing Menurut (Mulyadi ,
2002)
“Suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektifmengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Pengertian
Auditing menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts),
“Proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti secara obyektifmengenai pernyataan tentang
kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk menyampaikan
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Pengertian
Auditing menurut (Konrath, 2002:5
“Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan
dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut
dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan”.
Pengertian
auditing menurut William F. Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service, A
Systematic Approach, 2003:8)
“Proses yang sistematik dengan tujuan
mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi untuk memastikan
tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan, hasil
dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna yang
berkepentingan”.
Pengertian
auditing menurut The American Accounting Association’s Committee on Basic
Auditing Concepts (Auditing: Theory And Practice, edisi 9, 2001:1-2)
“ Suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektifmengenai pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan umtuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan serta menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.
Catatan Kaki :
·
Sistematis adalah segala usaha untuk meguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya
·
Independen adalah bebas, merdeka atau berdiri sendiri
·
Entitas adalah sesuatu yang memiliki keberadaan yang unik
dan berbeda, walaupun tidak harus dalam bentuk fisik. Abstraksi, misalnya,
biasanya dianggap juga sebagai suatu entitas. Dalam pengembangan sistem, entitas
digunakan sebagai model yang menggambarkan komunikasi dan
pemrosesan internal seperti misalnya membedakan dokumen dengan pemrosesan
pesan
·
Kompeten adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh kemampuannya
untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi
dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus dibedakan dengan
kompetensi, walaupun dalam pemakaian umum istilah ini digunakan dapat
dipertukarkan.
·
Objektif adalah berita harus dikemukakan secara faktual, berpatokan pada informasi yang sah
tentang apa yang benar-benar terjadi, bukannya berpatokan pada orang yang
memberitakannya, ataupu penonton.
·
Asersi adalah Pernyataan
manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Pernyataan
tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar.
·
akumulasi adalah pengumpulan, perhimpunan, penimbunan,
modal, tambahan dana secara periodik dari bunga atau dari laba neto
Dari
definisi itu dapat kita seimpulkan bahwa Auditing meliputi :
1. Proses
yang sistematis, Audit dilakukan secara sistematis dengan tahapan yang
terstruktur. Setiap tahapan audit selalu menghasilkan data maupun hasil dalam
bentuk analisis untuk diproses dalam tahapan berikutnya. Dengan tahapan seperti
ini dan ditunjang dengan ukuran yang jelas dan tepat, maka akan menghasilkan
suatu laporan yang baik yaitu laporan yang objektip, seimbang dan dapat
dipertanggung-jawabkan.
2.
Pengukuran dengan kriteria yang jelas.
3.
Memperoleh, menganalisis dan
mengevaluasi bukti
4.
Mengkomunikasikan dan mengkonfirmasikan
hasil
5. Dilakukan
oleh orang yang kompeten dan independen
Jenis -Jenis Audit
1. Financial Audit (Audit Keuangan)
General
Audit, adalah audit keuangan yang bersifat general dengan tujuan untuk
menilai kewajaran atas penyajian laporan keuangan. Kewajaran laporan
keuangan meliputi : Kepatuhan terhadap Standar akuntansi yang berterima umum
(SAK); Laporan keuangan disajikan secara konsisten; tidak ada salah saji
material.
Special
Audit, adalah jenis audit keuangan dengan ruang lingkup yang sangat sempit
(khusus), tujuan dari audit ini adalah untuk menilai kebenaran nilai yang
disajikan dalam laporan keuangan dan lebih mengarah kepada penilaian terhadap
kemungkinan adanya penyelewengan(manipulasi).
2.
Management Audit (audit manajemen)
Adalah
pemeriksaan terhadap efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan manajemen,
yang meliputi semua aspek manajemen mulai dari perencanaan, kegiatan
operasional, pengawasan dan pelaporan.
3.
Compliance Audit (audit Ketaatan)
Adalah
jenis audit yang melakukan penilaian terhadap pelaksanaan (implementasi) dari
suatu aturan / kebijakan sebagai tolak ukurnya. Tujuan dari audit ini adalah
apakah Auditie (klien) telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
Dalam melaksanakan audit
faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
1. Dibutuhkan informasi yang dapat
diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat
2. digunakan sebagai panduan untuk
mengevaluasi informasi tersebut.
3. Penetapan intetitas ekonomi dan
periode waktu yang di audit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggung jawab
auditor.
4. Bahan bukti harus diperoleh dalam
jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.
5. Kemampuan auditor memahami
kriteria yang di gunakan serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti
yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno (2011).
Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta : Salemba
Empat.
Arens,Alvin A, Elder,Randal
J, Mark S. Beasley (2010).Auditing and Assurance Service, An Integrated
Approach,19tn Edition,Prentice Hall,Englewood Clifts,New Jersey.
Halim, Abdul (1994).
Pemeriksaan Akuntansi 1.Depok : Universitas Gunadarma.
Whittington,O.Ray dan Kurt
Pany (2012).Principles of Auditing, and Other Assurance Services, 18th
Edition,Mc-Graw-Hill,New York,NY.
William F. Messier, dan
Margareth Boh. (2003). Auditing and Assurance: A Systematic Approach
(3th edition). USA : McGraw-Hill.
2.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
INTERNASIONAL
ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN INTERNASIONAL
·
PELUANG DAN TANTANGAN DALAM ANALISIS
LINTAS BATAS
Sejumlah negara
memiliki perbedaan yang sangat besar dalam praktik akuntansi, kualitas
pengungkapan, sistem hukum dan undang-undang, sifat dan ruang lingkup risiko
usaha, dan cara untuk menjalankan usaha. Perbedaan ini berarti alat-alat
analisis yang sangat efektif di satu wilayah menjadi kurang efektif diwilayah
lain. Para analisis juga sering menghadapi tantangan besar untuk memperoleh
informasi yang kredibel. Di kebanyakna pasar berkembang, para analisis keuangan
sering memiliki tingkat keyakinan atau keandalan yang terbatas
Analisis dan penilaian
keuangan internasional ditandai dengan banyaknya kontrakdiksi. Disatu sisi,
begitu cepatnya proses harmonisasi standar akuntansi telah mengarah pada
semakin meningkatnya daya banding informasi keuangan di seluruh dunia. Analisis
strategi bisnis merupakan langkah penting pertama dalam analisis pelaporan
keuangan. Analisis ini memberi pemahaman kualitatif atas perusahaan dan para
pesaingnya terkait dengan lingkungan ekonominya. Dengan mengidentifikasi faktor
pendorong laba dan resiko usaha yang utama, analisis strategi bisnis atau usaha
akan membantu para analisis untuk membuat peramalan yang realitis.
Globalisasi pasar
modal, kemajuan dalam tekologi informasi dan kompetisi antar pemerintah
nasional, bursa efek dan perusahaan-perusahaan untuk menarik investor, dan
kegiatan perdangan yang meningkat masih terus berlanjut. Secara bersama-sama
kekuatan ini memberikan insentif bagi perusahaan untuk memperbaiki praktik
pelaporan keuangan eksternal mereka.
Globalisasi dan
perbaikan dalam akuntansi dan pengungkapan internasional yang masih berlanjut
mengaburkan perbedaan antara analisis keuangan lintas batas dan dalam suatu
wilayah.
·
LANGKAH-LANGKAH ANALISIS AKUNTANSI
Tujuan analisis
akuntansi adalah untuk menganalisis sejarah mana hasil yang dilaporkan
perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Para analisis perlu untuk
mengevaluasi kebijakan dan estimasi akuntansi, serta menganalisis sifat dan
ruang lingkup fleksibelitas akuntansi suatu perusahaan. Para manajer perusahaan
diperbolehkan untuk membuat banyak pertimbanan yang terkait dengan akuntansi,
karena merekalah yang tahu lebih banyak mengenai kondisi operasi dan keuangan
perusahaan. Laba yang dilaporkan seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi
kinerja manajemen mereka.
Langkah-langkah
dalam melakukan evaluasi kualitas akuntansi suatu perusahaan:
1. Identifikasikan
kebijakan akuntansi utama
2. Analisis
fleksibilitas akuntansi
3. Evaluasi
strategi akuntansi
4. Evaluasi
kualitas pengungkapan
5. Indentifikasi
potensi terjadinya masalah
6. Buatlah
penyesuaian atas distorsi akuntansi
·
KERANGKA DASAR ANALISIS USAHA
Keangka dasar memiliki empat tahap analisis, yaitu:
1. analisis
strategi usaha
2. analisis
akuntansi
3. analisis
keuangan (analisis rasio dan arus kas)
4. analisis
prospektif (peramalan dan penilaian)
·
ANALISIS STRATEGI USAHA INTERNASIONAL
Analisis strategi
merupakan langkah pertama dalam analisis laopran keuangan. Analisis strategi
sering mengalami kesulitan dalam lingkungan internasional. Sebagaimana yang
disebutkan sbelumnya, pendorong keuntungan yang utama dan jenis-jenis resiko
usaha berbeda-beda di tiap negara. Banyak resiko seperti resiko aturan, resiko
kurs valuta asing, resiko kredit.
1. Ketersediaan
Informasi
analisis strategi usaha
sulit dilakukan khususnya dibeberapa negara karena kurang andalnya informasi
mengenai perkembangan makro ekonomi. Memperoleh informasi yang sulit dilaukan
dibeberapa negara dan jumlah serta kualitas informasi perusahaan sangat
berbeda-beda. Ketersediaan informasi khusus mengenai perusahaaan sangat rendah
dibanyak negara berkembang.
2. Rekomendasi
untuk melakukan analisis
Keterbatasan data
membuat upaya untuk melakukan analisis strategi usaha dengan menggunakan metode
riset tradisional menjadi sukar dilakukan. World Wide Web juga menawarkan akses
cepat terhadap informasi yang hingga ini masih belum tersedia secara atau sukar
untuk diperoleh secara gratis.
·
PENGGUNAAN WEBSITE UNTUK MEMPEROLEH
INFORMASI PENELITIAN PERUSAHAAN
1. Mayoritas
perusahaan Web site tersendiri dan mayoritas memanfaatkan homepage mereka untuk
menginformasikan informasi keuangan terutama laporan keuangan pokok yaitu
neraca dan laba rugi. Tidak banyak, kurang dari 40% perusahaan yang memberikan
informasi keuangan tambahan (catatan atas laporan keuangan, pendapat auditor
dan analisis manajemen).
2. Mayoritas
perusahaannya memberikan duplikasi informasi atau sebagian dari informasi hard
copy laporan historis yang diubah dalam bentuk hyperttext atau format pdf.
3. Tidak
banyak perusahaan yang benar-benar memanfaatkan fitur internet secara optimal.
Hal ini terbukti dari 10% dari perusahaan sampel yang menampaikan informasi
mengenai pergerakan saham. Disamping itu, meskipun mayoritas home page
menampilkan press release, tetapi kurang dari 35 % yang melakukan update atas
informasi yang ditampilkan.
Sumber:
Choi
D.S. Frederick & Meek K. Gary. 2005. Akuntansi Internasional, Edisi 5 Buku
1. Jakarta: Salemba Empat
3.
LAPORAN KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN
·
PENGERTIAN LAPORAN KEUNGAN
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang
dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
1. Laporan Laba Rugi
yaitu laporan mengenai pendapatan,
beban, dan laba atau rugi suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2. Laporan Perubahan Modal
yaitu laporan yang menyajikan
perubahan modal karena penambahan dan pengurangan dari laba/rugi dan transaksi
pemilik.
3. Neraca
yaitu laporan yang menggambarkan
posisi keuangan dari suatu perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban dan
ekuitas pada suatu saat tertentu.
4. Laporan Arus Kas
yaitu laporan yang menggambarkan
penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Laporan Arus Kas
akan dibahas dalam bab tersendiri..
·
JENIS LAPORAN KEUANGAN
1. Laporan Keuangan (Financial Statements)
Laporan
Keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen
dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh
kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat
pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya.
Laporan keuangan merupakan seperangkat laporan keuangan formal (full set) yang
terdiri dari:
2. Neraca (balance sheet),
yang
menggambarkan posisi keuangan dari satu kesatuan usaha yang merupakan
keseimbangan antara aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal (equity)
pada suatu tanggal tertentu.
3. Laporan laba rugi (income statement)
merupakan
ikhtisar dari seluruh pendapatan dan beban dari satu kesatuan usaha untuk satu
periode tertentu.
4. Laporan perubahan ekuitas (statement
of change of equity)
adalah laporan
perubahan modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu, yang
meliputi laba komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik
(investment by and distributions to owner’s)
5. Laporan arus kas (cash flow
statement)
berisi seluruh
penerimaan dan pengeluaran kas baik yang berasa dari aktivitas operasional,
investasi dan pendanaan dari satu kesatuan usaha selama satu peride tertentu.
6. Catatan atas pelaporan keuangan
(notes of financial statement)
berisi informasi yang tidak dapat diungkapkan
dalam keempat laporan keuangan di atas, yang mengungkapkan seluruh prinsip,
prosdur, metode, dan teknik yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
tersebut.
2. Pelaporan Keuangan (Financial
Reporting)
Pelaporan keuangan adalah laporan
keuangan yang ditambah dengan informasi-informasi lain yang berhubungan, baik
langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistemakuntansi keuangan,
seperti informasi tentang sumber daya perusahaan, earnings, current cost,
informasi tentang prospek erusahaan yang merupakan baian integral dengan tujuan
untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang
Objective of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan pelaporan
keuangan adalah:
a. Menyediakan informasi yang berguna
bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses
pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain
yang sejenis.
b. Menyediakan informasi yang berguna
bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam
menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen
atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas
atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan.
c. Memberikan informasi tentang sumber
daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya.
Rumusan tujuan pelaporan keuangan
tersebut, berkaitan dengan aspek-aspek sebagai berikut:
•
Informasi
yang berguna untuk keputusan kredit dan investasi.
•
Informasi
yang berguna untuk menilai prospek arus kas.
•
Informasi
tentang alokasi sumber daya ekonomi, klaim dan perubahannya.
Dalam paragraf berikutnya SFAC
mengemukakan bahwa pelaporan harus menyajikan tentang kinerja dan earnings dari
satu kesatuan usaha tersebut, yaitu:
•
Pelaporan
harus menyediakan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan (financial
performance) selama suatu periode tertentu.
•
Pelaporan
kinerja keuangan tersebut berguna untuk mengukur earning power dengan seluruh
komponennya, karena para pengguna sangat berkepentingan atas prospek penerimaan
kas bersih dari perusahaan.
•
Pelaporan
keuangan harus menyajikan informasi, bagaimana manajemen perusahaan
mempertanggungjawabkan kepada para stakeholders¬-nya atas pengelolaan sumber
daya ekonomi yang telah dipercayakan kepada manajemen.
Sementara itu, bagi organisasi nirlaba (nonbisnis)
tujuan pelaporan keuangan akan berbeda dengan pelaporan keuangan untuk
perusahaan bisni. Perbedaan tujuan tersebut dikarenakan karakteristik
organisasi yang berbeda. Berikut adalah karakteristik dari organisasi
nonbisnis, antara lain:
•
Tidak
terdapatnya indicator kinerja seperti pada perusahaan bisnis.
•
Tujuannya
tidak mencari keuntungan.
•
Jumlah
sumber daya yang diterima dari penyedia sumber daya, maka penyedia sumber daya
tersebut tidak berharap menerima pembayaran atau manfaat ekonomi dari sumber
daya yang diberikannya.
•
Hak
kepemilikan tidak dapat dijual, ditransfer atau ditebus, atau tidak terdapat
hak untuk memperoleh bagian distribusi sumber daya residual ketika organisasi
tersebut dilikuidasi.
Contoh organisasi nirlaba adalah
yayasan social, lembaga swadaya masyarakat (LSM), non-government organization (NGO),
universitas, unit pemerintahan pusat dan daerah, dan organisasi keagamaan. Jadi
siapa pengguna informasi dari organisasi nonbisnis ini? Berikut ini merupakan
pengguna informasi dari organisasi nirlaba, diantaranya:
1. Penyandang dana dan pemberi kontribusi.
2. Anggota dari organisasi tersebut
yang memperoleh manfaat dari jasa yang diberikan oleh organisasi tersebut.
3. Badan pengawas yang mengatur dan
bertangungjawab dalam menyusun kebijakan dari organisasi tersebut.
4. Manajer yang mengelola organisasi
tersebut. (Yadiati, 2007:53)
Statement of Financial Accounting
Concepts (SPAC) mengemukakan bahwa tujuan pelaporan keuangan organisasi
nonbisnis sebagai berikut:
a. Memberikan informasi yang berguna
kepada pengguna dalam mengambil keputusan rasional tentang alokasi sumber daya
dalam organisasi.
b. Memberika informasi yang berguna
bagi penyedia sumber daya dalam menilai jasa yang diberikan dalam olhe
organisasi nonbisnis dan kemampuannya untuk meneruskan penyediaan jasa
tersebut.
c. Memberika informasi yang berguna
untuk menilai pekerjaan manajemen dan kinerja manajer organisasi nonbisnis
dalam melaksanakan tugasnya, seperti akuntabilitasnya.
d. Memberikan informasi tentang sumber
daya ekonomi, kewajiban, penggunaan sumber daya, (aktivitas organisasi), atau
sumber daya bersih dari organisasi nonbisnis tersebut.
Tujuan laporan keuangan menurut
Trueblood Report dalam diikhtisarikan seperti dalam gambar 3.2 pada halaman
berikut ini. Gambar tersebut menunjukkan struktur hierarki dari tujuan
akuntansi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
•
Tujuan dasar
laporan keuangan adalah menyediakan informasi untuk membuat dasar keputusan
ekonomi.
•
Pemakai
informasi memiliki keterbatasan wewenang informasi. Oleh karena itu, bagaimana
laporan keuangan tersebut harus dapat menyajikan informasi kepada berbagai
jenis pengguna yang memiliki segala keterbatasan.
•
Memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh investor dan kreditor dalam menaksir earning
power dan aliran kas perusahaan, perbandingan dan evaluasi aliran kas, baik
jumlah dan ketidakpastian yang meliputinya.
•
Earning
power adalah bukan semata-mata kemampuannya dalam menghasilkan laba bersih
semata (akuntansi) tetapi meliputi kemampuan perusahaan untuk menghasilan
kas.
Tujuan laporan keuangan harus
menyajikan informasi yang factual, akurat, objektif, dan informative yang cukup
untuk melakukan penafsiran tentang transaksi-transaksi bisnis yang berguna
untuk memprediksi, membandingkan earning power tersebut. Perlu diketahui bahwa
informasi yang diperlukan untuk penafsiran dan prediksi tersebut kadang kala
bersifat subjektif, oleh Karen aitu, asumsi-asumsi yang digunakan yang
mendasari evaluasi dan prediksi tersebut harus diungkapkan.
Dari tujuan pelaporan dalam teori akuntansi
yang telah diuraikan di atas, diakui bahwa kenyatannya masih ada kelemahan yang
dirasakan dari konseptual framework tersebut. Kelemahan tersebut pada akhirnya
akan menimbulkan erosi kredibilitas pelaporan keuangan, seperti berikut ini:
• Beberapa metode akuntansi diterapkan untuk fakta
yang sama.
• Metode akuntansi kadang diterapkan untuk melakukan
praktik income smoothing secara artificial.
• Laporan keuangan gagal memberiakn tanda terhadap
masalah keuangan perusahaan di masa mendatang.
• Off balance sheet financing dianggap praktik lazim.
Yadiati, Winwin. 2007, Teori
Akuntansi – Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana. Kata kunci: contoh
laporan, laporan keuangan, pendahuluan laporan, keuangan perusahaan,
manajemen keuangan, akuntansi keuangan, sistem akuntansi, soal akuntansi,
jurnal akuntansi, pengertian akuntansi, manajemen akuntansi, akuntansi biaya,
akuntansi dasar.
4. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN
MANAJEMEN
Perencanaan dan
kendali manajemen sangat penting bagi perusahaan, dalam hal ini perusahaan
multinasional. Namun, pengurangan dalam hambatan perdagangan nasional terus
menerus, mata uang yang mengambang, resiko kedaulatan, pembatasan terhadap
pengirim dana lintas batas nasional, perbedaan dalam system pajak nasional,
perbedaan tingkat suku bungan dan pengaruh harga komoditas dan ekuitas yang
berubah-ubah terhadap aktiva, laba, dan biaya modal perusahaan merupakan
variable yang memperumit keputusan manajemen. Persaingn global dan cepatnya
penyebarn informasi mendukung semakin sempitnya perbedaan nasional dalam
praktek akuntansi manajemen. Tekanan tambahan mencakup antara lain perubahan
pasar dan teknologi, pertumbuhan privatisasi, insentif biaya, dan kinerja serta
koordinasi operasi global melalui joint venture dan kaitan strategis lainnya.
Perusahaan dalam
melakukan kendali manajemen memerlukan alat perencanaan yang dapat
mengidentifikasi factor-faktor yang relevan di masa depan, pemindaian terhadap
lingkungan eksternal dan internal. Alat tersebut membantu perusahaan dalam
mengenali kesempatan dan tantangan yang ada. Salah satu alat tersebut adalah
analisis WOTS-UP yang menyangkut kekuatan dan kelemahan perusahaan yang
berkaitan dengan lingkungan operasi perusahaan. Akuntan juga dapat membantu
para perencana perusahaan untuk memperoleh data yang bermanfaat dalam keputusan
perencanaan strategis.
Kemudian,
keputusan untuk melakukan investasi luar negeri merupakan elemen yang sangat
penting dalam strategi global sebuah perusahaan multinasional. Resiko investasi
diikuti oleh lingkungan yang asing, rumit, dan senantiasa berubah. Perencanaan
formal merupakan suatu keharusan dan umumnya dilakukan dalam suatu kerangka
penganggaran modal yang membandingkan manfaat dan biaya investasi yng
diusulkan. Perbedaan dalam hukum pajak, system akuntansi, laju inflasi, resiko
nasionalisasi, kerangka mata uang, segmentasi pasar, pembatasan dalam
pengalihan laba ditahan dan perbedaan dalam bahasa dan budaya menambah
unsur-unsur kerumitan yang jarang ditemui dalam lingkungan domestic. Adaptasi
(penyesuaian) oleh perusahaan multinasional atas model perencanaan investasi
tradisional telah dilakukan dalam tiga bidang pengukuran:
1.
menentukan pengembalian yang relevan
untuk investasi multinasional,
2.
mengukur ekspektasi arus kas, dan
3. menghitung
biaya modal perusahaan multinasional
Seorang manajer harus menentukan tingkat
pengembalian yang relevan untk mengalisis kesempatan investasi asing. Namun,
tingkat pengembalian yang relevan merupakan masalah sudut pandang: proyek luar
negeri atau induk perusahaan. Pengembalian dari dua sudut pandang ini dapat
berbeda secara signifikan karena beberapa hal:
1. pembatasan
oleh pemerintah atas repatriasi laba dan modal,
2.
biaya izin, royalt, dan pembayaran lain
yang merupakan laba bagi induk perusahaan namun merupakan beban bagi anak
perusahaan,
3.
perbedaan laju inflasi nasional,
dan
4.
perubahan kurs valuta asing, dan
5. perbedaan
pajak.
Manajer keuangan harus memenuhi banyak
tujuan dengan memberikan respons kepada kelompok investor dan noninvestor di
organisasi dan di lingkungannya. Jika suatu investasi asing tidak menjanjikan
pengembalian yang telah disesuaikan resiko yang nilainya lebih dari
pengembalian yang diperoleh pesaing local, maka pemegang saham induk perusahaan
akan lebih baik untuk berinvestasi langsung di perusahaan local
Bagi manajer perusahaan multinasional,
mengukur ekspektasi arus kas suatu investasi asing merupakan hal yang cukup
menantang. Perkiraan penerimaan didasarkan pada proyeksi penjualan dan
pengalaman antipasti penagihan. Beban operasi dan pajak local juga sama-sama
diramalkan. Namun demikian, terdapat tambahan kerumitan yang harus dipertimbangkan:
·
arus kas proyek vs induk perusahaan
·
arus kas induk perusahaan yang terkait
dengan pendanaan
·
pendanaan yang bersubsidi
·
resiko politik
Proses ini juga harus mempertimbangkan
pengaruh perubahan dan fluktuasi nilai mata uang atas ekspektasi pengembalian mata
uang asing. Sumber utama arus kas induk meliputi pinjaman dari induk
perusahaan, dividen, biaya lisensi, beban overhead, royalty, harga transfer
untuk pembelian dari atau penjualan kepada induk perusahaan, dan estimasi nilai
akhir proyek. Pengukuran arus kas ini memerlukan pemahaman atas perbedaan
akuntansi nasional, kebijakan repatriasi pemerintah, laju inflasi, dan kurs
potensial masa depan serta perbedaan pajak.
Perbedaan dalam prinsip akuntansi
menjadi relevan jika manajer keuangan bergantung pada laporan keuangan pro
forma dengan dasar local ketika mengestimasikan arus kas masa depan. Apabila
aturan pengukuran yang digunakan untuk menyusun akun-akun ini berbeda dari
aturan yang digunakan di Negara asal induk perusahaan, maka dapat terjadi
perbedaan dalam estimasi arus kas.
Penyusunan system informasi seluruh
dunia milik suatu perusahaan merupakan hal krusial dalam mendukung strategi
perusahaan, termasuk proses perencanaan. Keadaan geografi, komunikasi informasi
secara formal umumnya menggantikan kontak pribadi antara manajer operasi local
dengan manajer kantor pusat. Perkembangan dalam teknologi informasi seharusnya
mengurangi, tetapi tidak akan menghilangkan sama sekali kerumitan ini.
Rancangan system berpengaruh pada keberhasilan yang dicapai:
1. penyebaran
rendah dengan sentralitas yang tinggi, digunakan oleh organisasi yang lebih
kecil dengan operasi bisnis internasional yang terbatas, dan system informasi
domestic yang mendominasi kebutuhan.
2. penyebaran
tinggi dengan sentralisasi yang rendah, digunakan oleh perusahaan multinasional
3. penyebaran
yang tinggi dengan sentralitas yang tinggi, dijalankan oleh perusahaan dengan
aliansi strategi di seluruh dunia.
Sistem pengendalian manajemen pada
dasarnya suatu sistem yang digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan
organisasi. untuk membangun masa depan organisasi, perlu ditentukan lebih
dahulu dalam bisnis apa organisasi akan berusaha. Jabawan atas pertanyaan
tersebut merupakan misi organisasi dengan demikian misi organisasi merupakan
the chosen track untuk membawa organisasi mewujudkan masa depannya. Diharapkan
dengan dilaksanakannnya struktur sistem manajemen akan tercipta visi dan misi
organisasi perusahaan kemudian mengimplementasikannya.
Permasalahan yang timbul dalam
implementasi struktur sistem pengendalian manajemen yang dapat
diidentifikasikan sekarang ini adalah terletak pada kelemahan struktur dan
kelemahan proses. Sistem pengendalian manajemen tidak dapat mewujudkan tujuan
sistem kemungkinan karena strukturnya tidak pas dengan lingkungan yang dihadapi
perusahaan, dapat juga terjadi tujuan sistem pengendalian manajemen tidak
tercapai karena proses sistem pengendalian manajemennya lemah.
Dampak yang timbul dikarenakan
perusahaan tidak memberlakukan struktur sistem pengendalian manajemen antara lain
organisasi perusahaan akan kesulitan menghadapi berbagai perubahan tajam
radikal, konstan, pesat, serentak sehingga roda organisasi tidak akan jalan dan
tidak dapat membuat berbagai perencanaan, tidak dapat memprediksi target
organisasi ke depannya
Untuk menghadapinya diperlukan struktur
sistem pengendalian manajemen dimulai dari pengamatan dan pengindetifikasian
memacu perubahan (change drivers) yang berdampak terhadap karakteristik
lingkungan yang akan dimasuki perusahaan.) Struktur sistem merupakan komponen-komponen
yang berkaitan erat satu dengan lainnya yang secara bersama-sama digunakan
untuk mewujudkan tujuan sistem seperti yang dikatakan Mulyadi, Johny (2001 : 8)
bahwa struktur pengendalian manajemen terdiri dari tiga komponen yaitu Struktur
organisasi, Jejaring informasi dan Sistem penghargaan. Rerangka pendesainan
struktur sistem pendesainan pengendalian manajemen mempergunakan pendekatan
contigency approach dan human resource leverage.
Permasalahan struktur sistem
pengendalian manajemen penting untuk dikaji karena memberikan harapan yaitu
kemampuan bagi manajemen perusahaan untuk memetakan secara komprehensif
lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh organisasi perusahaan di masa depan,
melakukan perubahan dengan cepat peta perjalanan tersebut sesuai dengan
tuntutan perubahan yang diperkirakan akan terjadi dan melipatgandakan kinerja
perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan, sehingga perusahaan memiliki
kemampuan yang luar biasa besarnya untuk senantiasa melakukan perubahan yang
diperlukan.
Akuntansi manajemen mempersiapkan
sejumlah informasi untuk manajemen perusahaan mulai dari pengumpulan data
hingga laporan likuiditas dan ramalan operasional berupa berbagai jenis
pengeluaran beban. Factor-faktor lingkungan juga mempengaruhi penggunaan informasi
yang dihasilkan secara internal. Misalnya pengaruh budaya. Budaya yang tidak
nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas cenderung untuk lebih siap menerima
teknologi informasi dibandingkan mereka yang tidak nyaman. Factor translasi
juga mempengaruhi penggunaan informasi yang dihasilkan. FAS No 52 mewajibkan
penggunaan metode translasi temporal ketika melakukan translasi akun-akun
perusahaan afiliasi luar negeri yang berada dalam lingkungan berafiliasi
tinggi. Meskipun demikian, ketentuan tersebut tidak memenuhi kebutuhan
informasi perusahaan yang beroperasi di Negara-negara dengan inflasi tinggi
karena cenderung menimbulkan distorsi realitas melalui:
·
menilai lebih atau menilai kurang
pendapatan dan beban
·
melaporkan keuntungan atau kerugian
translasi yang besar yang sulit untuk diinterpretasikan
·
mendistorsi perbandingan kinerja
antarwaktu.
-
System ini memanipulasi hasil
Agar
suatu system pengendalian di perusahaan multinasional berfungsi dengan baik,
maka biasanya system yang digunakan banyak perusahaan multinasional untuk
mengendalikan operasi luar negerinya dalam banyak hal banyak hal sama dengan
yang digunakan secara domestic. Bagian-bagian system yang umumnya dikirim
keluar meliputi control keuangan dan anggaran serta kecenderungan untuk menerapkan
standar yang sama yang dikembangkan untuk mengevaluasi operasi domestic.
Setelah
tujuan strategis dan anggaran modal dibuat, selanjutnya manajemen memfokuskan
diri pada perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek mencakup
pembuatan anggaran operasional atau rencana laba apabila diperlukan dalam
organisasi. Rencana laba ini merupakan dasar bagi peramalan manajemen kas,
keputusan operasi, dan skema kompensasi manajemen. Rencana laporan laba rugi
perusahaan afiliasi asing pertama-tama dikonversikan menurut prinsip-prinsip
akuntansi yang dianut di Negara asal induk perusahaan dan ditranslasikan dari
mata uang local ke dalam mata uang induk perusahaan.
STRUKTUR
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Struktur sistem pengendalian manajemen
merupakan komponen-komponen yang berkaitan dengan lainnya yang secara
bersama-sama membentuk sistem. Setiap komponen dalam struktur memiliki fungsi
tertentu untuk mencapai tujuan sistem. Struktur yang sehat adalah struktur
sistem yang setiap komponennya didesain sesuai dengan tuntutan lingkungan
bisnis yang akan diterapi sistem tersebut.
Dalam membangun struktur organisasi
dibangun berdasarkan fungsi yang dituntut dari organisasi yang bersangkutan,
jika organisasi dibangun untuk memasuki lingkungan bisnis yang menuntut
kecepatan pengambilan keputusan yang di dalamnya costumer memegang kendali
bisnis dan yang mempekerjakan knowlegde workes, struktur organisasi yang pas
dengan fungsi organisasi tersebut adalah yang memiliki karakteristik, cepat
respon, fleksibel dan inovatif.
Struktur sistem pengendalian manajemen
diperlukan oleh organisasi perusahaan karena menuntut semua perusahaan yang
memasukil lingkungan tersebut memiliki kekuatan lebih untuk bersaing. Agar
dapat dipilih oleh costumer, produk dan jasa perusahaan harus memiliki
keunggulan tidak akan bertahan lama, karena pesaing akan mencari berbagai cara
untuk menghasilkan value terbaik bagi costumer. Oleh karena itu, untuk tetap
bertahan dan bertumbuh di lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan
dituntut untuk secara berkelanjutan menemukan kembali keunggulan daya saing.
Untuk dapat bertahan dan bertumbuh dalam
lingkungan bisnis yang kompetitif, organisasi perusahaan tidak cukup hanya
mampu menjadi pencipta kekayaan (wealth-creating institution) namun, dituntut
untuk memiliki kemampuan jauh lebih dari itu, perusahaan dituntut untuk menjadi
institusi pelipatgandaan kekayaan (wealth-multiplying institution) untuk
membangun kemampuan perusahaan sebagai pelipat gandaan kekayaan, manajemen
perlu memanfaatkan sistem manajemen yang khusus didesain untuk tujuan
pelipatgandaan kekayaan.
Sistem pengendalian yang efektif adalah
sistem yang diarahkan kepada dua penyebab, diperlukannya pengendalian
ketidakmampuan personel dalam mencapai tujuan organisasi melalui perilaku yang
diharapkan, ketidak mampuan personel di dalam mencapai tujuan dapat dtingkatkan
melalui pendidikan dan pelatihan, serta penyediaan teknologi memadai, ketidak
mampuan personel dalam mencapai tujuan organisasi melalui prilaku yang
diharapkan dapat dikurangi atau dihilangkan melalui :
1. Perumusan Misi, visi, keyakinan dasar dan
nilai dasar organisasi secara jelas.
2. Pengkomunikasian
misi, visi, keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi kepada personel
3. perusahaan
melalui personal behaviors para leaders organisasi dan operational behavior.
4. Melalui
proses internalisasi, misi, visi, keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi
dapat tertanam di dalam diri seluruh personel menjadi shared mission, shared
vision, shared beliefs dan shared values.Shared mission, shared vision, shared belief
dan shared values menjadikan karyawan berdaya untuk mengendalikan perilakunya
sesuai dengan yang diharapkan di dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Sistem
pengendalian manajemen juga menyediakan berbagai sistem untuk melaksanakan
proses perencanaan dan implementasi rencana. Melalaui sistem pengendalian
manajemen, keseluruhan kegiatan utama untuk menjadikan perusahaan sebagai
institusi pencipta kekayaan dapat dilaksanakan secara terstruktur,
terkoordinasi, terjadwal dan terpadu sehingga menjanjikan tercapainya tujuan
perusahaan-perusahaan bertambahnya kekayaan dalam jumlah yang memadai
PROSES
STRUKTUR SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PROSES SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
TERDIRI DARI ENAM TAHAP UTAMA BERIKUT INI :
1. Perumusan
StrategI
Tahap perumusan
strategi adalah tahap yang sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan
organisasi. Dalam tahap ini dilakukan pengamatan terhadap tren perubahan
lingkungan makro dan lingkungan industri. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
tren tersebut dilakukan perumusan, misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, dan
nilai organisasi
2. Perencanaan
Strategik
Setelah perusahaan
merumuskan tentang strategi yang dipilih untuk mewujudkan visi dan misi melalui
organisasi, strategi tersebut kemudian perlu diimplementasikan. Langkah pertama
adalah melaksanakan perencanaan strategik, dalam langkah ini strategi yang
telah dirumuskan diterjemahkan ke dalam neraca strategik yang komprehensif dan
koheren, yang terdiri dari tiga komponen : sasaran strategik, target, inisiatif
strategic.
3. Penyusun
Program
Penyusunan program
adalah proses penyusunan rencana jangka panjang untuk menjabarkan inisiatif
strategik yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategik. Pelaksanaan
inisiatif strategik memerlukan perencanaan sistematik langkah-langkah yang akan
ditempuh oleh perusahaan dalam jangka panjang ke depan beserta taksiran sumber
daya yang diperlukan untuk program, suatu rencana jangka panjang yang berisi
langkah-langkah strategik yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategik
tertentu beserta taksiran sumberdaya yang diperlukan.
4. Penyusunan
Anggaran
Penyusunan anggaran adalah proses penyusunan rencana jangka pendek (biasanya untuk jangka waktu satu tahun) yang berisi langkah-langkah yang ditempuh oleh perusahaan dalam melaksanakan sebagian dari program dalam penyusunan anggaran dijabarkan program tertentu ke dalam rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran, ditunjukkan manajer dan karyawan yang bertanggung jawab dan dialokasikan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Penyusunan anggaran adalah proses penyusunan rencana jangka pendek (biasanya untuk jangka waktu satu tahun) yang berisi langkah-langkah yang ditempuh oleh perusahaan dalam melaksanakan sebagian dari program dalam penyusunan anggaran dijabarkan program tertentu ke dalam rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran, ditunjukkan manajer dan karyawan yang bertanggung jawab dan dialokasikan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
5. Implementasi
Setelah rencana
menyeluruh selesai disusun, langkah berikutnya adalah implementasi rencana.
Dalam tahap implementasi rencana ini, manajemen dan karyawan melaksanakan
rencana yang tercantum dalam anggaran ke dalam kegiatan nyata. Oleh karena anggaran
adalah bagian dari program, dan program merupakan penjabaran sasaran strategik
dipilih sebagai penjabaran strategi yang dirumuskan, maka dalam implementasi
rencana, manajemen dan karyawan harus senantiasa menyadari keterkaitan erat
diantara implementasi, anggaran, program, inisiatif, sasaran strategik dan
strategi. Kesadaran demikian akan mempertahankan langkah-langkah rinci yang
dilaksanakan dalam tahap implementasi tetap dalam rerangka yang dipilih untuk
mewujudkan visi organisasi.
6. Pemantauan
Implementasi rencana
memerlukan pemantauan, hasil setiap langkah yang direncanakan perlu diukur
untuk memerlukan umpan balik bagi pemantauan pelaksanaan anggaran, program, dan
inisiatif strategik. Hasil implementasi rencana juga digunakan untuk memberikan
informasi bagi pelaksana tentang seberapa jauh target telah berhasil dicapai,
sasaran strategik telah berhasil diwujudkan dan visi organisasi dapat dicapai.
5. PENILAIAN
KINERJA
PENILAIAN KINERJA
Pengertian
Penilaian Kinerja
Menurut Mondy & Noe(2005) penilaian kinerja adalah tinjauan formal dan evaluasi kinerja
individu atau tugas tim. Sedangkan menurut Dessler(2003) penilaian kinerja adalah mengevaluasi
kinerja relatif karyawan saat ini dan/atau di masa lalu terhadap standar
prestasinya
Umpan Balik 360°
Umpan balik 3600adalah metode evaluasi penilaian kinerja yang memerlukan
masukan dari beberapa tingkatan dalam perusahaan dan sumber-sumber
luar. Dalam metode ini, orang-orang di seluruh tingkatan memberikan
penilaian, termasuk atasan, rekan kerja, bawahan, pelanggan internal dan
eksternal, juga diri sendiri. Metode umpan balik 360o menyediakan
ukuran yang lebih objektif untuk menilai kinerja.
Proses Penilaian Kinerja
Kriteria
Kinerja
Dalam menetapkan kriteria kinerja, Mondy & Noe(2005) membagi menjadi
beberapa kritera,yaitu :
1. Ciri-ciri. Ciri-ciri
karyawan tertentu seperti sikap, penampilan, dan inisiatif merupakan dasar
untuk evaluasi.
2. Perilaku Ketika hasil dari tugas individu
sulit untuk ditentukan, organisasi dapat mengevaluasi perilaku seseorang yang
terkait dengan tugas atau kompetensi.
3. Kompetensi,
Kompetensi
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, sifat dan perilaku, dan berhubungan
dengan keterampilan interpersonal atau berorientasi bisnis.
4. Pencapaian
tujuan., Jika
organisasi mempertimbangkan hasil akhir pencapaian tujuan sebagai suatu hal
yang berarti, hasil pencapaian tujuan akan menjadi faktor yang tepat untuk
dievaluasi untuk dibandingkan dengan standar.
5. Peningkatan
potensi,Ketika
organisasi mengevaluasi kinerja karyawan, kriteria difokuskan pada masa lalu,
masa sekarang, dibandingkan dengan standar.
Tanggung-jawab Penilaian
Menurut Mondy & Noe(2005) dalam
kebanyakan organisasi, departemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan desain dan pelaksanaan program penilaian kinerja. Orang yang
mungkin ditunjuk adalah:
1. Atasan
langsung.
Atasan langsung bertanggung-jawab
untuk menilai kinerja karena dialah yang setiap saat dapat mengamati para
karyawan.
2. Bawahan
Bawahan berada dalam posisi yang
tepat untuk menilai efektivitas manajerial. Pendukung pendekatan ini
percaya bahwa atasan sangat menyadari kebutuhan kelompok kerja dan dapat
membuat pekerjaan lebih baik. Sebaliknya, kritikus khawatir bahwa bawahan
takut akan pembalasan.
3. Peers
Kekuatan utama untuk menilai kinerja
adalah rekan kerja, yang memiliki kinerja dan pandangan yang khas, terutama
dalam tugas-tugas tim.
4. Evaluasi
diri
Jika karyawan memahami tujuan dan
kriteria untuk evaluasi, mereka memiliki posisi yang baik untuk menilai kinerja
mereka sendiri.
5. Pelanggan
Organisasi menggunakan pendekatan
ini karena hal ini menunjukkan komitmen terhadap pelanggan, karena karyawan
adalah pemegang tanggung-jawab.
Periode
Penilaian Kinerja
Evaluasi kinerja biasanya dilakukan secara berkala dalam interval waktu
tertentu. Pada sebagian besar organisasi, penilaian dilakukan satu atau dua
kali dalam setahun. Pada umumnya, pekerja pertama kali di evaluasi menjelang
berakhirnya masa percobaan. Mengevaluasi para karyawan baru beberapa kali
selama tahun pertama mereka bekerja, juga merupakan praktek yang lazim
dilakukan.
Metode-metode
Penilaian Kinerja
Menurut Mondy
& Noe(2005), ada
tujuh metode penilaian kinerja yaitu:
1. Rating
Scales
Menilai kinerja pegawai dengan
menggunakan skala untuk mengukur faktor-faktor kinerja (performance factor).
Misalnya dalam mengukur tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai. Skala
yang digunakan adalah 1 sampai 5, yaitu 1 adalah yang terburuk dan 5 adalah
yang terbaik. Jika tingkat inisiatif dan tanggung jawab pegawai tersebut biasa
saja, maka ia diberi nilai 3 atau 4 dan begitu seterusnya untuk menilai
faktor-faktor kinerja lainnya.
2. Critical
Incidents
Evaluator mencatat mengenai apa saja
perilaku/pencapaian terbaik dan terburuk (extremely good or bad behaviour)
pegawai. Dalam metode ini, penilai harus menyimpan catatan tertulis tentang
tindakan-tindakan atau prilaku kerja yang sangat positif (high favorable)
dan perilaku kerja yang sangat negatif (high unfavorable) selama periode
penilaian.
3. Essay
Evaluator menulis deskripsi mengenai
kekuatan dan kelemahan karyawan, kinerjanya pada masa lalu, potensinya dan
memberikan saran-saran untuk pengembangan pekerja tersebut. Metode ini
cenderung lebih memusatkan perhatian pada perilaku ekstrim dalam tugas-tugas
karyawan daripada pekerjaan atau kinerja rutin yang mereka lakukan dari hari ke
hari. Penilaian seperti ini sangat tergantung kepada kemampuan menulis seorang
penilai
4. Work
standard
Metode ini membandingkan kinerja
setiap karyawan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya atau dengan
tingkat keluaran yang diharapkan. Standar mencerminkan keluaran normal dari
seorang pekerja yang berprestasi rata-rata, yang bekerja pada kecepatan atau
kondisi normal. Agar standar ini dianggap objektif, para pekerja harus memahami
secara jelas bagaimana standar yang ditetapkan.
5. Ranking
Penilai menempatkan seluruh pekerja
dalam satu kelompok sesuai dengan peringkat yang disusun berdasarkan kinerja
secara keseluruhan. Contohnya, pekerja terbaik dalam satu bagian diberi
peringkat paling tinggi dan pekerja yang paling buruk prestasinya diletakkan di
peringkat paling bawah. Kesulitan terjadi bila pekerja menunjukkan
prestasi yang hampir sama atau sebanding.
6. Forced
distribution
Penilai harus “memasukkan” individu
dari kelompok kerja ke dalam sejumlah kategori yang serupa dengan sebuah
distribusi frekuensi normal. Contoh para pekerja yang termasuk ke dalam 10
persen terbaik ditempatkan ke dalam kategori tertinggi, 20 persen terbaik
sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, 40 persen berikutnya ke dalam kategori
menengah, 20 persen sesudahnya ke dalam kategori berikutnya, dan 10 persen
sisanya ke dalam kategori terendah. Bila sebuah departemen memiliki pekerja
yang semuanya berprestasi istimewa, atasan “dipaksa” untuk memutuskan siapa
yang harus dimasukan ke dalam kategori yang lebih rendah.
7. Behaviourally
Anchored Rating Scales (BARS)
Evaluator menilai pegawai berdasarkan beberapa jenis perilaku kerja yang
mencerminkan dimensi kinerja dan membuat skalanya. Misalnya penilaian pelayanan
pelanggan. Bila pegawai bagian pelayanan pelanggan tidak menerima tip dari
pelanggan, ia diberi skala 4 yang berarti kinerja lumayan. Bila pegawai itu
membantu pelanggan yang kesulitan atau kebingungan, ia diberi skala 7 yang
berarti kinerjanya memuaskan, dan seterusnya. Metode ini mendeskripsikan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan tingkat kinerja yang diharapkan.
MASALAH-MASALAH
DALAM PENILAIAN KINERJA
Menurut Mondy & Noe(2005) masalah yang berkaitan dengan penilaian
kinerja adalah:
1. Kurangnya
objektivitas
Salah satu kelemahan metode penilain
kinerja tradisional adalah kurangnya objektivitas. Dalam metode rating
scale, misalnya, faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap,
loyalitas dan kepribadian adalah faktor-faktor yang sulit diukur. Penggunaan
faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan (job related factors) dapat
meningkatkan objektivitas.
2. Bias
“Hallo error”
Bias “Hallo error” terjadi bila
penilai mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria yang paling penting dan
memberikan penilaian umum baik atau buruk berdasarkan faktor tunggal ini.
3. Terlalu
“longggar” / terlalu “ketat”
Penilai terlalu “longggar” (leniency)
kecenderungan memberi nilai tinggi kepada yang tidak berhak, penilai memberi
nilai lebih tinggi dari seharusnya. Penilai terlalu “ketat” (strictness)
terlalu kritis atas kinerja seorang pekerja (terlalu “ketat” dalam memberikan
nilai). Penilaian yang terlalu ketat biasanya terjadi bila manajer tidak
mempunyai definisi atau batasan yang akurat tentang berbagai faktor penilaian.
4. Kecenderungan
memberikan nilai tengah
Kecenderungan memberi nilai tengah (Central
tendency), terjadi bila pekerja di beri nilai rata-rata secara tidak tepat
atau di tengah-tengah skala penilaian, Biasanya, penilai memberi nilai tengah
karena ingin menghindari kontroversi atau kritik.
5. Bias perilaku
terbaru
Bias perilaku terbaru (recent
behavior bias) , perilaku atau kinerja yang paling akhir akan lebih mudah
diingat daripada perilaku yang telah lama. Penilai cenderung lebih banyak
menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada saat proses penilaian
dilakukan. Seharusnya penilaian kinerja mencakup periode waktu tertentu.
6. Bias
pribadi(stereotype)
Penyelia yang melakukan penilaian
bisa saja memiliki bias yang berkaiatan dengan karakteristik pribadi pekerja
seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun ada peraturan atau
undang-undang yang melindugi pekerja, diskriminasi tetap menjadi masalah dalam
penilain kinerja.
KARAKTERISTIK
SISTEM PENILAIAN KINERJA YANG EFEKTIF
Menurut Mondy
& Noe(2005), karakteristik sistem penilaian yang
efektif, adalah:
1. Kriteria
yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria
yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus berkaitan dengan pekerjaan
/ valid.
2. Ekspektasi
Kinerja
Sebelum
periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara gamblang tentang
kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja
dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada di bawah organisasi yang sama
harus dinilai dengan menggunakan instrumen yang sama.
4. Penilaian
yang Cakap
Tanggung
jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya dibebankan kepada seseorang atau
sejumlah orang, yang secara langsung mengamati paling tidak sampel yang
representatif dari kinerja itu. Untuk menjamin konsistensi
penilaian, para penilai harus mendapatkan latihan yang memadai.
5. Komunikasi
Terbuka
Pada
umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui tentang seberapa baik
kinerja mereka.
6. Akses
Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap
pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Kerahasiaan akan
menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses terhadap hasil penilaian memberikan
kesempatan karyawan untuk mendeteksi setiap kesalahannya.
7. Proses
Pengajuan Keberatan (due process)
Dalam
hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal atas hasil penilainnya,
penetapan due process merupakan langkah penting.
KEGUNAAN PENILAIAN KINERJA
Menurut Mondy
& Noe(2005), kegunaan dari penilaian kinerja, adalah:
1.
Perencanaan
Sumber Daya Manusia
2.
Rekrutmen
dan Seleksi
3.
Pelatihan
dan Pengembangan
4.
Perencanaan
dan Pengembangan Karir
5.
Program
Kompensasi
6.
Hubungan
Karyawan Internal
7.
Penilaian
Potensi Tenaga Kerja
Tujuan
penilaian kinerja.
Schuler dan jackson dalam bukunya yang berjudul Manajemen sumber daya manusia edisi keenam, jilid kedua pada tahun 1996 menjelaskan bahwa sebuah studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi ada dua puluh macam tujuan informasi kinerja yang berbeda-beda, yang dapat dikelompokkan dalam empat macam kategori, yaitu:
1. Evaluasi yang menekankan perbandingan antar-orang.
2. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu.
3. Pemeliharaan sistem.
4. Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya manusia bila terjadi peningkatan.
Schuler dan jackson dalam bukunya yang berjudul Manajemen sumber daya manusia edisi keenam, jilid kedua pada tahun 1996 menjelaskan bahwa sebuah studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi ada dua puluh macam tujuan informasi kinerja yang berbeda-beda, yang dapat dikelompokkan dalam empat macam kategori, yaitu:
1. Evaluasi yang menekankan perbandingan antar-orang.
2. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu.
3. Pemeliharaan sistem.
4. Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya manusia bila terjadi peningkatan.
6.
AKUNTANSI PERPAJAKAN INTERNASIONAL
Pengertian Perpajakan Internasional - Pajak internasional adalah hukum pajak nasional
yang terdiri atas kaedah, baik berupa kaedah-kaedah nasioal maupun kaedah yang
berasal dari traktat antarnegara dan dari prinsip yang telah diterima baik oleh
Negara-negara di dunia, untuk mengatur soal-soal perpajakan dan dapat
ditunjukkan adanya unsur-unsur asing, baik mengenai subjek maupun mengenai
objeknya.Setiap Negara memiliki peraturan perundang-undangan perpajakan
nasional sendiri-sendiri atau yang disebut dengan yurisdiksi nasional, yang
masing-masing peraturan perundang-undangan dimaksud memiliki landasan dan
filosofi hukum yang berbeda dengan Negara-negara lainnya.
Dalam rangka melakukan investasi di
Negara lain maupun dalam rangka suatu Negara menerima investasi dari Negara
lain pasti akan terjadi beberapa konflik kepentingan. Sebagai contoh, Indonesia
menganut konsep pengakuan penghasilan, yaitu konsep tambahan kemampuan ekonomis
atau juga disebut world wide income. Artinya peraturan perundang-undangan pajak
penghasilan tidak mempermasalahkan darimana datangnya penghasilan, bagaimana
penghasilan tersebut diterima atau diperoleh, dan dalam bentuk apa penghasilan
tersebut.
Semua adalah objek pajak penghasilan
yang harus dikenakan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Indonesia, baik Wajib
Pajak orang pribadi, badan, maupun Bentuk Usaha Tetap. Sehingga ada kemungkinan
terjadi benturan (konflik) dalam pengenaan pajak dengan Negara lainyang
menganut asas pemajakan berbeda dengan Indonesia, nisalnya Negara yang menganut
asas pemajakan kebangsaan (kewarganegaraan). Negara yang menganut asas
kebangsaan tidak mempermasalahkan dari mana penghasilan diterima atau
diperoleh, seseorang tetap diwajibkan membayar pajak di Negara di mana dia
berkebangsaan. Untuk mengurangi resiko kemungkinan pengenaan pajak
berganda sebagai akibat timbulnya konflik tersebut, maka ada beberapa metode
yang biasa dilakukan, di antaranya:
a. Metode
perjanjian pengenaan pajak berganda internasional, yang antara lain dapat dilakukan
dengan:
·
Traktat yang bersifat multilateral, yakni perjanjian
yang dilakukan oleh beberapa Negara dalam suatu perjanjian
·
Traktat yang bersifat bilateral, yakni perjanjian yang
menyangkut dua Negara.
b. Metode
unilateral atau sepihak
Cara ini ditempuh oleh Negara secara
sepihak melauli yurisdiksi nasionalnya, yakni dengan cara memasukkan
ketentuan-ketentuan yang kemungkinan dapat menimbulkan pengenaan pajak berganda
kedalam yurisdiksi nasionalnya, misalnya Pasal 24 Undang-Undang Pajak Penghasilan
tentang kredit pajak luar negeri. Tata cara pengkreditan luar negeri terbagi
menjadi dua, yaitu:
·
Kredit penuh, yakni pembayaran pajak diluar negeri
dikreditkan sebesar jumlah yang dibayarkan di luar negeri; dan
·
Kredit terbatas, yakni tata cara pengkreditan pajak
yang dibayar di luar negeri menurut jumlah yang paling rendah antara yang
dibayar di luar negeri dengan jumlah pajak apabila dikenakan menurut tarif di
Indonesia, sebagaimana dianut Pasal 24 Undang-Undang PPh.
c. Metode
Pembebasan
Metode ini adalah dengan cara
memberikan kebebasan terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
luar negeri. Ada dua cara pembebasan yang dapat ditempuh, yaitu:
·
Memberikan pembebasan sepenuhnya terhadap penghasilan
yang diterima atau diperoleh dari Negara sumber. Artinya penghasilan dari
Negara sumber tidak dimasukkan dalam perhitungan pajak Negara domisili. Metode
ini juga sering disebut dengan pembebasan penuh atau full exemption;
·
Cara pembebasan penghitungan pajak yang terutang hanya
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di dalam negeri, tetapi
menerapkan tarif rata-rata atas seluruh penghasilan, baik dari dalam negeri
atau dari luar negeri, atau disebut juga pembebasan dengan progresi atau
exemption with progression