Jurnal Ekonomi Manajemen
Nama Kelompok – NPM :
AYU MAYLISA (21210248)
ELSA RESTIYANTI (22210345)
FADILAH NUR I (22210483)
PUTERI EKASARI (25210423)
TYAS MUSTIKAWATI (28210308)
ESLIDA SIRUMAPEA (22210443)
Kelas : 3 EB 22
Tugas Softskill – Bahasa Indonesia 2 #
Bentuk Organisasi Perusahaan
Sebelum membangun dan menjalankan sebuah usaha, maka kita akan melakukan perencanaan terlebih dahulu. Karena tidak kurang dari 50 persen penentu keberhasilan sebuah usaha adalah aspek perencanaan.
Nah, agar dapat membuat perencanaan usaha dengan baik, sudah seharusnya kita menentukan terlebih dahulu seberapa besar usaha yang akan kita bangun. Sehingga, kita bisa menentukan bentuk organisasi usaha yang akan kita buat.
Berikut adalah bentuk badan usaha :
Perusahaan Perseorangan
Yaitu perusahaan yang dimiliki satu individu. Umumnya adalah usaha milik kepala keluatga dan dijalankan oleh anggota keluarga secara bersama-sama.
Kelebihan:
a. Mudah didirikan
b. Modal yang digunakan adalah tabungan
c. Pengelolaan fleksibel dan bebas
d. Kerahasiaan usaha terjamin
Kekurangan:
a. Pertanggungjawaban tidak terbatas
b. Modal terbatas
c. Kualitas manajerial dan kualitas pekerjaan terbatas
d. Kelangsungan operasi perusahaan terbatas
2. Perusahaan Perkongsian (CV, Firma, dan Partnership)
yaitu perusahaan ukuran kecil dan relatif dapat dijalankan oleh para pemiliknya.
Kelebihan :
a. Mudah didirikan, modal usaha relatif sedikit dan pengelolaan usaha relatif lebih fleksibel dan bebas
b. Dibandingkan dengan perusahaan perseorangan, modal yang dikumpulkan lebih banyak
c. Lebih banyak keahlian yang diperoleh
d. Umur usaha lebih panjang
Kekurangan:
a. Pertanggungjawaban tidak terbatas
b. Modal terbatas
c. Terjadinya perselisihan dan kesalahpahaman diantara anggotanya
Perusahaan Perseroan Terbatas
Yaitu unit kegiatan usaha yang didirikan sebagai suatu instansi badan hukum yang pendiriannya dilakukan melalui akta notaris, dimana suatu dokumen pada dasarnya mencantumkan tujuan pendirian, saham yang dikeluarkan, dan nama-nama pimpinan yang akan menjalankan usaha.
Kelebihan:
a. Tanggung jawab terbatas
b. Saham perusahaan mudah ditunaikan
c. Lebih mudah memperoleh modal
d. Pengelolaan yang lebih profesional
Kekurangan:
a. Memerlukan modal, penjualan, jumlah pekerja, serta kapasitas produksi yang besar
b. Pendiriannya lebih sulit
c. Peraturan yang harus dipenuhi lebih banyak
d. Sukar merahasiakan kegiatan perusahaan
Pengertian Jasa
Pengertian jasa menurut Rangkuti (2002) adalah “Pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain”. Pada umumnya jasa dkonsumsi dan diproduksi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut. Menurut Kotler (2004), yang mendefinisikan jasa sebagai setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
Kualitas Jasa
Dalam memberikan pelayanan berkualitas sebagai usaha untuk mencapai kepuasan bagi konsumen, perusahaan dapat berpedoman pada dimensi kualitas jasa.Menurut Kotler (1994), terdapat 5 determinan kualitas jasa. Kelima determinan tersebut antara lain kehandalan, yang diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. Determinan selanjutnya adalah keresponsifan, yang dimaksud dengan keresponsifan adalah keinginan pihak perusahaan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan tanggap. Setelah keresponsifan determinan yang harus dipenuhi adalah keyakinan, dalam hal ini pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. Determinan kualitas jasa berikutnya adalah empati dan berwujud, empati yang dimaksud adalah rasa untuk peduli serta memberikan perhatian pribadi kepada konsumen, sedangkan berwujud maksudnya adalah penampilan fasilitas fisik, peralatan, karyawan dan media komunikasi.dirasakan sesuai dengan harapan, maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan dan jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas jasa yang ideal.
Pengertian Harga
Bagaimana konsumen memandang harga tertentu baik tinggi, rendah maupun wajar mempunyai pengaruh yang kuat terhadap maksud membeli dan kepuasan. Sebagai contoh dalam hal persepsi kewajaran harga dimana pada umumnya konsumen memberikan perhatian pada harga yang dibayar oleh konsumen lain. Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan terdapat dampak dari persepsi harga konsumen yang ditimbulkan oleh tiga tipe harga acuan antara lain harga rendah dan wajar, tinggi dan wajar, yang terakhir tinggi dan tidak wajar. Harga-harga rendah dan wajar berada dalam rentang harga pasar yang dapat diterima, harga tinggi dan wajar berada dekat batas-batas luar rentang harga tetapi tidak melewati bidang yang dapat dipercaya. Sedangkan harga tinggi dan tidak wajar berada jauh di atas batas-batas rentang harga pasar yang dapat diterima konsumen. Hal tersebut menandakan bahwa konsumen akan lebih memilih tipe harga yang rendah dan wajar sebelum membeli suatu produk atau jasa.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jasa
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan harga jasa diantaranya adalah elastisitas permintaan, membantu para manajer jasa memahami hubungan antara harga dan permintaan dan variasi permintaan pada berbagai tingkat penetapan harga. Faktor kedua yaitu struktur biaya, membantu para manajer jasa memahami biaya penyedian jasa dan variasi biaya ini sepanjang waktu dan berdasarkan tingkat permintaan. Kemudian faktor yang ketiga ialah persaingan, pemahaman mengenai biaya pesaing bisa membantu manajer jasa melakukan penilaian atas kapasitas pesaing untuk mengubah struktur penetapan harga. Keempat, positioning dari jasa yang ditawarkan. Kelima, sasaran yang ingin dicapai perusahaan. Faktor keenam, siklus hidup jasa, mencakup tingkat profitabilitas yang diinginkan untuk memastikan kelangsungan hidup. Ketujuh, sumber daya yang digunakan dan faktor terakhir adalah kondisi ekonomi.
Dalam keadaan perekonomian yang semakin sulit ini banyak terjadi persaingan di berbagai bidang kehidupan, termasuk didalamnya persaingan dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan yang saling berlomba untuk mendapatkan mangsa pasar, sehingga hal ini memacu perusahaan untuk berusaha terus maju dalam memperbaiki bisnisnya. Di samping itu dengan adanya kemajuan teknologi, perusahaan dituntut pula untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal dengan yang lainnya.
Supaya perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, maka perusahaan tersebut harus dapat mengantisipasi perkembangan ekonomi yang semakin kompetitif dengan melakukan strategi yang tepat agar tidak tersisih dalam persaingan. Selain itu perusahaan juga harus dapat mengantisipasi kecenderungan ekonomi di masa mendatang dan harus dapat bersaing dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan.
Perusahaan dalam memasarkan barang dan jasa selalu dihadapkan pada pertanyaan, “mengapa konsumen membeli barang atau jasa tertentu?” jawabannya tidak dapat diterangkan secara langsung dari pengamatannya saja, tetapi dibutuhkan analisa perilaku konsumen yang lebih mendalam. Hal ini akan banyak membantu bagi manajer pemasaran untuk memahami “mengapa” dan “bagaimana” perilaku konsumen tersebut, sehingga perusahaan dapat mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan, dan memdistribusikan barangnya secara baik (Swastha, 2000 : 13). Dengan analisa perilaku konsumen ini, perusahaan akan mempunyai pandangan yang lebih luas dan akan lebih mengetahui kesempatan baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen.
Keadaan pasar yang berlaku kini bukan lagi pasar penjual, tetapi menjadi pasar pembeli dimana penjual yang mencari pembeli. Konsumen dalam hal ini adalah raja yang harus dilayani dengan baik. Secara umum perusahaan menerapkan strategi bisnis kombinasi antara strategi ofensif dan defensif. Dimana strategi ofensif perlu ditujukan untuk meraih atau memperoleh konsumen baru, sedangkan untuk meningkatkan pangsa pasar dan strategi defensif berusaha untuk mengurangi kemungkinan customer exit dan beralihnya konsumen dari perusahaan.
Strategi kepuasan konsumen menyebabkan para pesaing harus berusaha keras dan melakukan biaya yang tinggi dalam usaha merebut konsumen suatu perusahaan. Dampak kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen dan pembelian ulang berbeda-beda setiap perusahaan. Karena konsumen puas belum berarti mereka puas, akan tetapi konsumen yang puas akan cenderung menjadi konsumen yang loyal. Kepuasan konsumen dipengaruhi dua variabel utama, yaitu Expectations dan Perceived Performance, bila Perceived Performance melebihi Expectations, maka konsumen mendapatkan kepuasan, akhirnya akan menciptakan loyalitas konsumen (Tjiptono, 2000 : 41).
Ada beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan oleh konsumen dalam menilai suatu pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) dikutip dalam Tjiptono (2000 : 27-28) berhasil mengidentifikasi lima dimensi kualitas jasa, yaitu : Skripsi Ekonomi Manajemen
Bukti langsung (tangibles) adalah fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan, penampilan pegawai, dan sarana komunikasi.
Kehandalan (reliability) adalah suatu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
Daya tanggap (responsiveness) adalah respon atau kesigapan dalam membantu konsumen dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.
Jaminan (assurance) adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan tugas secara spontan yang dapat menjamin kinerja yang baik sehingga menambahkan kepercayaan konsumen.
Perhatian (emphaty) adalah perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan adalah mendengar suara konsumen, hal ini berarti perusahaan harus melakukan interaksi dengan konsumen dengan maksud untuk memperoleh umpan balik (feed back) berapa tanggapan konsumen tentang sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pelayanan yan diberikan sebagai kontrol dan ukuran keberhasilan.
Adapun cara untuk mendapatkan umpan balik disini diantaranya dapat dilakukan dengan penerapan sistem keluhan dan saran atau dengan survei loyalitas pembelian maka keluhan atau ketidakpuasan konsumen tersebut dapat segera diambil dan ditentukan solusi yang terbaik oleh perusahaan.
Teknik Analisis Data
Skala Likert
R.S Likert (1932) mengembangkan prosedur penskalaan dimana skala mewakili suatu countinum bipolar. Pada ujung sebelah kiri dengan angka rendah menggambarkan suatu jawaban yang negatif sedangkan ujung kanan dengan angka besar menggambarkan suatu jawaban yang positif. Format tipe Likert dirancang untuk memungkinkan pelanggan menjawab dalam berbagai tingkatan pada setiap butir yang menguraikan jasa atau produk.
Kebaikan penggunaan format tipe Likert dibandingkan dengan format check list yang hanya memberikan jawaban (ya) atau (tidak), adalah bahwa tipe Likert mencerminkan keragaman nilai sebagai akibat penggunaan skala yang dalam penelitian berkisar antara 1 sampai dengan 5. Dengan dimensi mutu yang tercermin dalam daftar pertanyaan, memungkinkan responden mengekspresikan tingkat pendapat mereka dalam jasa yang diterima lebih mendekati kenyataan yang sebenarnya.
Analisis Validitas
Validitas menunjukkan tingkat atau derajat yang digunakan sebagai bukti untuk mendukung kesimpulan yang ditarik dari nilai yang diturunkan dari ukuran atau tingkat dimana skala mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Suatu data dikatakan valid apabila nilai Correced Item lebih besar dari nilai r tabel dengan df = n – 2.
Analisis Reliabilitas
Kehandalan atau reliabilitas didefinisikan sebagai seberapa jauh pengukuran bebas dari varian kesalahan. Dalam memperkirakan kehandalan dari variabel yang diteliti peneliti menggunakan metode Cronbach’s Alpha (Cronbach, 1951). Perhitungan perkiraan Cronbrach’c Alpha biasanya dikerjakan dengan bantuan SPSS yang memang dirancang untuk dapat menghitung perkiraan kehandalan. Suatu variabel dikatakan handal jika nilai dari Cronbach’s Alpha > 0,6.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi adalah bagian dari pengujian asosiatif yang bertujuan mencari kekuatan, signifikansi, dan arah hubungan antara dua variabel. Arah hubungan yang akan diuji dengan analisis korelasi dapat dikategorikan menurut tiga pola arah hubungan.
Analisis Regresi
Analisis regresi adalah salah satu jenis analisis parametrik yang dapat memberikan dasar untuk memprediksi serta menganalisis varian. Beberapa tujuan dari dilakukannya analisis regresi antara lain untuk menentukan persamaan garis regresi berdasarkan nilai konstanta dan koefisien regresi yang dihasilkan, mencari korelasi bersama-sama antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan menguji signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat melalui uji F. Untuk mencari korelasi secara parsial antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan menguji signifikasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat melalui uji t.
Study kasus:
JURNAL EKONOMI DAN MANAJEMEN
PENGARUH PENERAPAN ANALISIS JABATAN TERHADAP PENCAPAIANKINERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN KUTAIKARTANEGARA
Oleh Heru Suprapto, SE.,M.Si(Kata Kunci: Uraian Jabatan, Persyaratan Jabatan, Kinerja Proses, Kinerja Output)ABSTRAC
PENDAHULUAN
Hingga saat ini pegawai negeri sipil (PNS) Indonesia berjumlah 4.732.472 orang, terdiridari PNS Daerah sebanyak 3.778.635 orang dan PNS Pusat sebanyak 953.837 orang dan masih perlu ditata distribusinya, kualitasnya, serta kuantitasnya (Karim,2011). Sementara PNS dikabupaten Kutai Kartanegara berjumlah 17.244 orang (Balitbangda,2010). Permasalahan aparatur negara yang dihadapi pemerintah saat ini menurut Karim (2011) antara lain adalah:
Belum mantapnya sistem pengembangan PNS.
Peran dan fungsi aparatur daerah belum jelas.
Rendahnya kapasitas aparatur daerah.
Sistem ³Rewards and Punishment ´ belum jalan sepenuhnya
Bagi organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara kendala yang dihadapisecara nasional tersebut di atas juga terjadi di daerah ini. Namun kendala-kendala seperti yangdiungkapkan di atas hingga kini belum sepenuhnya dapat di atasi. Salah satu kendala yang harussegera memerlukan pembenahan adalah menyangkut rendahnya kapasitas aparatur daerah.Selain itu masih adanya aparatur daerah yang Job Descriptionya tidak jelas, ditunjang dengan pendidikan formal dan diklat yang kurang memadai atau mismatch. Akibatnya masih ditemuiadanya kekurang-tepatan dalam pendistribusian pegawai. Kekurang-tepatan ini tentunya akan berakibat fatal khususnya bagi kelangsungan karier pegawai yang bekerja. Pola kerja yangdemikian ini pada akhirnya akan berdampak terhadap penciptaan profesionalisme pegawai dankinerja organisasi.
II. TINJAUAN PUSATAKA
Konsep Analisis Jabatan
Dessler (1997), mengungkapkan bahwa analisa jabatan merupakan prosedur untuk menetapkan tugas dan tuntutan keterampilan dari suatu jabatan dan orang macam apa yang akanmelaksanakan pekerjaan tersebut. Dalam pengertian ini, Dessler menekankan pada dua aspek,yaitu menyangkut isi pekerjaan dan orang yang melaksanakan pekerjaan. Dalam konsep lain,Mathis dan Jakson (2000) mengartikan analisis pekerjaan sebahai berikut; A Systematic may togather and analyze information about the content and the human requirements of jobs, and the context in which jobs are performed. (analisis jabatan merupakan cara sistematik untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang isi dan personal yang dipersyaratkan dalam jabatan, dan dalam hubungannya dengan prestasi jabatan).
2.2. Dimensi Analisis Jabatan
Suatu organisasi dengan melaksanakan analisis jabatan secara tepat dapat mengetahuidengan pasti rincian tugas masing-masing bagian dalam organisasi dan dapat mengetahui persyaratan yang dibutuhkan dari seorang karyawan/pegawai untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut. Hal ini berdampak pada kemampuan organisasi untuk menetapkan danmenerapkan strategi sumber daya manusia yang tepat sehingga dapat menghasilkan sumberdaya-sumberdaya manusia yang berkualitas bagi kegiatan operasional organisasi dan peningkatankinerja organisasi. Faktor sumber daya manusia merupakan salah satu elemen kunci dalammencapai kinerja organisasi yang diharapkan untuk mencapai kondisi tersebut.
2.3. Konsep Kinerja Organisasi
Kinerja dapat dikatakan sebagai sebuah hasil (output) dari suatu proses tertentu yangdilakukan oleh seluruh komponen organisasi terhadap sumber-sumber tertentu yang digunakan (input). Kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi. Konsep kinerja (Performance) dapat didefinisikan sebagaisebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan byars, 1981 dalam Keban1995).
2.4. Indikator Kinerja Organisasi
Keban (2004:191) menyebutkan istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang sering diartikan sebagai penampilan, unjuk kerja, atau prestasi. Bernardin dan Russel(dalam Keban, 2004:192) menyebutkan bahwa, kinerja sering diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau the degree of accomplishment. Rue and Byar (dalam Samudra Wibowo,1994:35) menyebutkan bahwa kinerja (performance) didefinisikan sebagai tingkat pencapaianhasil atau ³the degree of accomplishment³ atau kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuanorganisasi secara berkesinambungan. Sementara itu, Rogers (dalam Mahmudi, 2004:6)menyebutkan bahwa kinerja didefinisikan sebagai hasil kerja itu sendiri (outcomes of work),karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan strategik organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi.
III. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian, Data dan Sampel
Jenis penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research) yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. (Singarimbun dan Effendi, 1987).Data yang telah terkumpul diolah dengan bantuan komputer perangkat lunak programSmart PLS 2.0. Data yang digunakan dalam kajian ini merupakan data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dan penyebaran kuesioner yang berkaitan dengan persepsi para pegawai terhadap analisis jabatan (Uraian jabatan/ job description dan Persyaratan jabatan/ job specification) dan kinerja SKPD. Responden untuk data primer yaitu para PNS ( 4 orang) dari berbagai strata/eselon kepegawaian yang diambil secara random dimasing-masing SKPD (sebanyak 40 SKPD) yang di survei. Dengan demikian jumlah seluruhsampel adalah 160 orang.
3.2. Definisi Operasional Variabel
Analisis jabatan pada hakekatnya adalah analisis organisasi. Sesuai dengan hakekatnya,maka aspek pokok yang dikaji dalam analisis jabatan dalam konteks studi ini adalah produk/hasil dari analisis jabatan yaitu berupa peta jabatan dan penjabaran dari fungsi pokok organisasi/SKPD.
Dalam analisis data sekunder digunakan data Peta jabatan sebagai variable independen)dalam hal ini di lihat dari jumlah jabatan struktural yang ada di masing-masingorganisasi/SKPD. Sedangkan data sekunder bidang urusan yang merupakan penjabaran darifungsi pokok organisasi/SKPD di lihat dari jumlah lingkup bidang urusan di masing-masing unitkerja organisasi/SKPD. Penjabaran fungsi ini nampak pada pelaksanaan tugas oleh semua pegawai yang berada di unit kerja organisasi/SKPD tersebut. Dengan demikian variabel bebas(independen) dalam studi ini adalah peta jabatan dan bidang urusan. Sedangkan variabel terikat(dependen) dalam studi ini adalah kinerja organisasi/SKPD, yang di lihat dari realisasi penggunaan anggaran pelaksanaan program dan kegiatan.
IV. Penutup
4.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Bahwa dari 77 indikator baik dari variabel eksogen maupun variabel endogen yangdimasukkan, berdasarkan tingkat kepercayaan 95 % atau dengan uji t dengan = 0,05hanya terdapat 62 indikator yang dinyatakan loading factor diatas 0,5 atau valid, hal ini berarti terdapat 15 indikator yang di drop karena tidak signifikan.
Setelah indikator yang tidak valid dikeluarkan, seluruh variabel laten memilikireliabilitas yang baik, hal ini ditunjukkan oleh empat variabel laten memiliki nilai composite reliability diatas 0,8. Nilai reliabilitas komposit seluruh variabel yang adalebih besar dari nilai batas penerimaan reliabilitas. Dalam menghitung reliabilitasmenggunakan composite (construk) reliability dengan cut off value adalah minimal 0,7.
Dari 5 hipotesis yang diajukan terdapat 3 hipotesis yang diterima dan 2 hipotesis yang ditolak, berikut kelima hipotesis tersebut :
Pengaruh variabel Job Discription terhadap kinerja proses sebesar 0,4399 dengan thitung sebesar 4,563 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95%, hipotesis diterima. Dengan demikian bahwa pernyataan tertulis yang menguraikan wewenang, tanggungjawab, kondisi pekerkerjaan, fasilitas kerja, standar hasil kerja,mempengaruhi kinerja proses dengan sub dimensi Responsivitas, Responsibilitas,Akuntabilitas, Keadaptasian, Kelangsungan hidup, Keterbukaan/transparansi, dan Empati.
Pengaruh variabel Job Discription terhadap Kinerja output sebesar 0,4614 dengan thitung sebesar 4,003 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis diterima. Dengan demikian bahwa pernyataan tertulis yang menguraikan wewenang, tanggungjawab, kondisi pekerkerjaan, fasilitas kerja, standar hasil kerja, mempengaruhi kinerja proses dengan sub dimensi Efektivitas, Produktivitas, Efisiensi,Kepuasan, dan Keadilan.
Pengaruh variabel Job Specification terhadap Kinerja Proses sebesar 0,0544 dengan thitung sebesar 1,3739 atau tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis ditolak. Maknanya adalah dalam SKPD Spesifikasi Jabatan dengan dimensiPendidikan dan Pelatihan serta Kompetensi tidak berpengaruh dalam pertimbangan penempatan jabatan untuk meningkatkan Kinerja Proses.
Pengaruh variabel Job Specification terhadap Kinerja Output sebesar 0,1327 dengan thitung sebesar 0,5046 atau tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis ditolak. Pendidikan dan pelatihan serta kompetensi tidak mempunyai pengaruhterhadap kinerja output dengan sub dimensi Efektivitas, Produktivitas, Efisiensi,Kepuasan, dan Keadilan.
Pengaruh Kinerja Proses terhadap Kinerja Output sebesar 0,8108 dengan t hitungsebesar 17.5894 atau signifikan pada taraf kepercayaan 95% hipotesis diterima. Dengan demikian bahwa Kinerja Proses dengan sub dimensi Responsivitas,Responsibilitas, Akuntabilitas, Keadaptasian, Kelangsungan hidup,Keterbukaan/transparansi, dan Empati mempengeruhi Kinerja Output dengan subdimensi Efektivitas, Produktivitas, Efisiensi, Kepuasan, dan Keadilan
Dari hasil penelitian dapat diperoleh persamaan struktural sebagai berikut :
:2 = 2 + 2 1 + 2
= 0.4399 + 0.8108 1 + 2
Kinerja Output = 0.4399 Job Discription + 0.8108 Kinerja Proses + 2.
Dengan kata lain bahwa Kinerja Output dipengaruhi oleh Penerapan Uraian jabatan (JobDiscription) setelah melalui Kinerja Proses.
Evaluasi Konstruk Dependen Dari dua variabel, yang memiliki R 2 tinggi adalah KinerjaOutput sebesar 0.7208 lebih dari 0,5 jadi kemampuan variabel endogen (tidak bebas)dalam menjelaskan variabel endogen (tidak bebas) lainnya tinggi, sedangkan KinerjaProses sebesar 0.2708 jadi kemampuan eksogen (variabel bebas) dalam menjelaskanvariabel endogen (tidak bebas) terbatas. Nilai R2 kecil tidak berarti model salah.Umumnya model struktural menghasilkan nilai R2 kecil karena model menjadi komplek dengan hubungan intervening.
Evaluasi Predictive Relevance Hasil Q-Square diatas sebesar 0.796407 menunjukan bahwa model mempunyai predictive relevance dimana semakin mendekati 1 berartimodel semakin baik. Dengan demikian model yang diperoleh dari hasil analisis ini dapatdigunakan untuk mengintervensi Kinerja Output pada SKPD yang ada di KabupatenKutai Kartanegara.
4.2. Rekomendasi
Setelah diperoleh suatu kesimpulan sebagaimana diuraikan diatas dan gunamemperbaiki kinerja organisasi/ SKPD dapat disusun rekomendasi sebagai berikut:
Dalam Penerapan Job Discription (Uraian Jabatan) perlu memperbaiki penerapan uraian jabatan yang sesuai dengan bidang/ bagian yang meliputi :
Definisi kewenangan sesuai dengan bidang pekerjaan agar tidak tumpang tindihdengan jabatan lain
Kejelasan tanggung jawab dan kejelasan alur pertanggungjawaban
Penerapan kompensasi sesuai dengan tanggung jawab
Peraturan dan kebijakan organisasi dapat dipahami
Pelaksanaan kejelasan alur koordinasi
Fasilitas yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
Kejelasan mengenai target kinerja sesuai dengan bidang pekerjaan
Sebagaimana hasil dalam riset ini, kinerja proses sebagai variabel endogen, namunsekaligus merupakan variabel eskoden yang mempengaruhi variabel eksogen lainnya yaitukinerja output, terhadap variabel ini bisa dilakukan intervensi, perbaikan kinerja prosesmeliputi :
Peningkatan daya tanggap organisasi terhadap harapan, keinginan dan aspirasi sertatuntutan konsumen internal (lingkup organisasi /SKPD) dan eksternal (luar organisasi/ SKPD).
Kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan hukum atau peraturan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Kesesuaian antara penyelenggaraan pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yangada di masyarakat dan dimiliki stakeh olders.
Peningkatan daya tanggap organisasi terhadap tuntutan perubahan yang terjadi dilingkungannya.
Peningkatan kemampuan organisasi atau program pelayanan dapat berkembang dan bertahan hidup dalam berkompetisi dengan organisasi atau program lain.
Keterbukaan proses pelayanan, khusus untuk SKPD yang langsung berhubungandengan masyarakat bisa melalui penerbitan brosur serta kejelasan biaya dan waktu.
Tingkat perhatian organisasi terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang dimasyarakat
Referensi :
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1300/1/11205529.pdf
http://www.scribd.com/doc/44299710/Jurnal-Ekonomi-Manajemen-Vol-1-No-5-Maret-2006
http://www.sarjanaku.com/2012/09/contoh-skripsi-ekonomi-manajemen.html
http://www.wikipedia.org/
http://jurnalekonomimanajemen.blogspot.com/2012/03/bentuk-organisasi-perusahaan.html
http://id.scribd.com/doc/80008986/Jurnal-Ekonomi-Dan-Manajemen-Anjab-2012